Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Budaya Makan Apakah Berkaitan Dengan Status Sosial?

Bagi masyarakat jawa [seperti saya], budaya makan atau tata krama makan sudah diajarkan sejak kecil. Bahkan didalamnya mitos-mitos yang turut diajarkan. Seperti Tidak boleh makan di depan pintu, tidak boleh makan dengan posisi menyangga piring dan lain sebagainya.

Masyarakat jawa pada umumnya [sekarang] melakukan tata krama makan dengan duduk di kursi dan menyantap hidangan di atas meja. Tapi apakah benar demikian pada awalnya? Dahulu sebelum budaya jawa terpengaruh budaya barat yang dibawa olek Kumpeni, budaya makan masyarakat jawa hanya dengan bersila di depan hidangan. Tentu saja plus alakadarnya.

Setelah penjajah masuk, tak hanya fisik saja yang dijajah. Budaya kita ikut pula terjajah dengan bergesernya budaya makan para pembesar. Golongan bangsawan ikut menyesuaikan budaya makan para Kumpeni, lalu budaya para bangsawan diikuti oleh para bawahan, kemudian bawahannya lagi, dan seterusnya.
Hingga tibalah pada strata yang paling bawah, yang tetap mempertahankan budaya makan dengan lesehan(duduk bersila). Kalu sudah dilihat sperti itu tatacara makannya, maka akan terlontar ucapan, Gaya makannya saja seperti itu, bagaimana menunya?

Sekarang Lesehan bukan barang aneh. Banyak rumah makan besar yang mulai menghidupkan kembali budaya makan lesehan. Dengan menu yang bervariasi. Tinggal yang makan mau dan mampu untuk makan apa. Tidak ada lagi perbedaan strata.

Kalau makanan pokok Suster sama dengan tetangga sebelah. Nasi, lauk dan sayur. Pola makan mengikuti gaya Blogger. Asal sempat parti makan, asal ada yang dimakan. Selalu posting selagi ada bahan yang diomongin.
Usut punya usut ternyata ada juga yang suka makan semen, beton dan aspal. Mana ada orang makan semen? ya ada.. Itu lho para Koruptor. Kalau ada Semen ya makan semen, kalau ada aspal ya makan aspal. Tergantung proyeknya :D

Kalau Pasien Suster? Makan apa hari ini?

2 komentar untuk "Budaya Makan Apakah Berkaitan Dengan Status Sosial?"

Anonim 9 Maret 2009 pukul 10.11 Hapus Komentar
tnx for visiting...hope u visit back
Anonim 9 Maret 2009 pukul 12.16 Hapus Komentar
ardila tuh penyanyi. wet tuh basah.
Jadi artine penyanyi kecebur sumur
hehehe...