Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Suster Tanya, Kenapa Harus Menikah?


Ngatini yang katanya Hot, menuliskan hal in;
Aku belum mau menikah, lelakiku pun juga sama. Kita masih punya hidup sendiri yang harus dijalani masing-masing. Banyak tanggung jawab yang harus diselesaikan dan cita-cita yang harus dicapai sendiri-sendiri.

Menikah itu mudah, tanpa uang, tanpa rumah, tanpa persiapan semua orang bisa aja menikah. Yang berat adalah tanggung jawabnya. Tapi pacaran ternyata juga gak mudah. Ada apa dengan budaya kita yang ribet ini, kalo orang pacaran terlalu lama dan terlalu dekat, bisa-bisa jadi bahan omongan orang. Padahal aku juga gak pernah sok mesra-mesraan di depan umum, menggantung tanganku terus2an di lehernya, atau menaruh pantatku di pangkuannya setiap kali duduk.

Aku kadang berpikir, apa aku dan lelakiku harus menghindari gunjingan para Villager dengan selembar kertas sah dari pengadilan. Tapi aku masih punya hidup sendiri, dan lelakiku juga punya hidup sendiri di rumah orang tua masing-masing. Pengesahan itu bukan karena kami memang ingin menikah, tapi hanya menghindari gunjingan para Villager alias orang desa yang berpikiran kuno/ orang kota yang gak mengikuti perkembangan zaman.

Tak jauh beda dengan Madam Penyu, yang saat menulis ini ternyata masih seneng sendiri.
Yup, buat kalian yang usianya mencapai seperempat abad hingga hampir menjelang 30 tahun. Dan kalian semua yang mulai dihantui oleh serentetan pertanyaan “kapan, nih?”. Atau yang mulai males kumpul bareng keluarga besar yang mulai ngeselin mengeluarkan pertanyaan seperti “Kapan nikah?”. “Udah tunggu apa lagi?” dan seterusnya dan seterusnya. Fuih lelah ya, bok.

Sebenarnya bukan lakinya yang susah. Melainkan lelaki yang bisa menerima mereka seutuhnya dan yang lebih penting lagi yang bisa mereka terima. Nah, loh! kalau ini sih aku nyerah, deh. Karena nggak bisa juga kalau harus ngomong “udah jangan terlalu memilih.” Ampun deh, namanya mencari pasangan hidup memang harus memilih dan mempertimbangkan masak-masak iya nggak?

Ungkapan senada juga dituliskan oleh Widi Subianto, yang saya suka ungkapan sebagai berikut:
sebenarnya adakah pilihan untuk tidak menikah?

aku menjawab ada!

bukankah menjadi lajang itu adalah kenikamatan luar biasa? menjadi lajang yang mandiri, yang bisa memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya sendiri. yang bisa melakukan apapun dengan tanggung jawab sendiri. bukankah itu suatu kenikmatan luar biasa?!

bukankah sangat menakutkan ketika harus menikah, segala bentuk aktivitas dibatasi, menanggung tanggung jawab diri sendiri dan orang lain.

Berbeda dengan perspeksi menikah dari sudut pandang Islam disini, disini dan disini yang isinya kurang lebih sama.

Lalu untuk duda beranak dua ini bagaimana? pemikiran diatas diungkapkan oleh pribadi-pribadi yang masih sendiri,benar-benar sendiri, yang belum pernah menjajaki seperti apa itu "dunia" pernikahan. Bagi saya Lebih ruwet lagi, lebih sekedar dari mencari istri.

Apa memang harus menikah? Dengan wanita seperti apa?



Gambar diambil dari http://www.instablogsimages.com
Add to Technorati Favorites

4 komentar untuk "Suster Tanya, Kenapa Harus Menikah?"

Anonim 15 Juli 2009 pukul 15.02 Hapus Komentar
Ada 2 alasan minimal :

Satu. Karena menikah adalah ibadah yang paling enak ...hee..he..siapa sih yang ngga seneng jadi penganten

Dua. Karena itu merupakan salah satu dari tanda-tanda kebesaran-Nya

Kepingin tahu tanda-tanda kebesaran-Nya yang lain silahkan mampir ke gubug inyong ..manggaa !!
Tips Dan Trik Komputer 31 Agustus 2009 pukul 13.34 Hapus Komentar
Suster tukeran link ya. Link km ud sy pasang duluan dengan nama "SusterGila". Tlg linkback dan konfirmasi y. Trims sob^O^
gajahpesing 1 September 2009 pukul 14.25 Hapus Komentar
ceritanya situ jadi suster lalu saia jadi pasien?
pasiennya lagi sakit jadi belum isa di wawancara
sawali tuhusetya 2 September 2009 pukul 00.38 Hapus Komentar
wah, kupasan yang menarik. pilihan antara menikah atau tidak, memang sangat bersifat personal. namun, kalau saya sih lebih bagus menikah, hehe ... ada teman untuk curhat luar-dalam.