Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Istirahat Marah

Tanyakanlah kepada para dokter tentang tingkat frekuensi kegelisahan
atau depresi yang mereka dapati pada pasien-pasien mereka. Anda akan
tercengang ketika tahu betapa sangat sedikitnya orang di tengah-tengah
kita yang sehat serta cukup mendapat istirahat secara emosi. Walau ada
semua keuntungan modernitas, kita terus-menerus khawatir akan
pekerjaan-pekerjaan kita, pernikahan kita, anak-anak kita, penampilan
kita, usia kita, kesehatan kita, dan hari depan kita. Penggunaan obat
penenang pada tingkat yang tinggi merupakan suatu indicator yang
menunjukkan kurangnya emosi kita beristirahat.

Istirahat fisik dan istirahat emosi kerap kali berjalan berdampingan.
Namun, kita tidak memiliki jaminan bahwa berisitirahatnya tubuh kita
akan menghasilkan jiwa-jiwa yang merasa tenang. Berhentinya aktifitas
fisik untuk sementara waktu tidak selalu menjamin ketenangan aktifitas
batin yang sebanding. Meski demikian, bila kita ingin mengistirahatkan
emosi-emosi kita, langkah pertama yang bijaksana adalah mencari
ketenangan. Malangnya, tempat istirahat jarang bisa ditemukan;
lampu-lampu dan suara bising ada di sebelah kanan kita, sedangkan
orang-orang serta aktifitas-aktifitas ada di sebelah kiri kita.

Ada banyak alasan mengapa tidak ada istirahat emosi di tengah-tengah
kita - begitu banyak alasan, sehingga kita malah terkejut saat
menemukan bahwa istirahat emosi yang sejati sesungguhnya ada juga di
antara kita. Kelebihan beban aktifitas merampas kita dari istirahat,
sementara budaya kita mengiklankan: "Anda layak mendapatkan yang
terbaik." Keangkuhan merampas kita dari istirahat, saat kita
mencemaskan setiap kerut yang kita miliki dan setiap helai pakaian
kita yang sudah tua. Ketidakpuasan merampas kita dari istirahat,
sementara iklan-iklan yang terus bermunculan dengan sengaja merangsang
ketidakpuasan.

Terlalu terpikat dengan kesuksesan bisa merampas kita dari istirahat -
selalu mendaki sedikit lebih tinggi dan mendapat sedikit lebih banyak.
Demikian pula halnya dengan keterpikatan terhadap kekuasaan. Walau
demikian, kesuksesan dan kekuasaan itu merupakan dua daya penggerak
dari "apa yang diimpikan orang." Hutang merampas kita dari istirahat,
sementara hutang kita berada pada tingkat yang belum pernah ada
sebelumnya. Kita mengkhawatirkan kesan yang menggambarkan kita dan
reputasi kita, sampai kita tidak bisa beristirahat.

Istirahat EmosiMungkin akar penyebab terbesar bagi ketiadaan istirahat
emosi pada masyarakat adalah hubungan-hubungan yang retak. Ketika ada
perseteruan di tempat kerja, pertikaian di dalam masyarakat, kepahitan
di gereja, dan peperangan di dalam rumah, kita tidak akan mendapatkan
istirahat. Hal yang paling menyedihkan dari ini semua, tentu saja,
jika hal itu terjadi di rumah kita. Rumah diciptakan Allah dengan
maksud sebagai tempat berteduh yang tenang dan aman. Namun, ketika
percekcokan masuk ke dalamnya, maka ketenangan pun akan lari.

Banyak orang yang terlalu ambisius menganggap jenis istirahat ini
sebagai suatu kemewahan, atau mungkin bahkan sebagai musuh. Lama
kelamaan, dalam budaya kita, kesuksesan merupakan hal yang paling
penting, sedangkan kesejahteraan emosi adalah hal yang tidak terlalu
penting, sedangkan kesejahteraan emosi adalah hal yang tidak terlalu
penting. Meski demikian, sebagai dokter, saya harus memberitahu Anda
bahwa istirahat emosi itu merupakan mitra serta pendukung, dan dalam
jangka panjang, ia merupakan sesuatu yang dibutuhkan. Tidaklah salah
untuk mencari ketenangan jiwa...

Renungan:
Disiplinkanlah ekspetasi-ekspetasi, redamlah rasa ketidakpuasan, dan
perbaikilah hubungan-hubungan. Konfigurasikan kembali mekanisme
adrenalin Anda supaya bisa mengakomodasi istirahat. Belajarlah
menundukkan kekayaan kepada kesehatan. Carilah hal-hal yang
mendatangkan kedamaian, ketenangan pikiran dan kepuasan jiwa.

7 komentar untuk "Istirahat Marah"

suryaden 6 Oktober 2009 pukul 12.50 Hapus Komentar
trims berat, nasihatnya, semoga pengendalian emosi selalu bisa dlakukan setiap saat...
gajah_pesing 15 Oktober 2009 pukul 20.54 Hapus Komentar
informasi yang sangat bagus sekali ini, semoga saia mampu menahan segala emosi baik disengaja atau tidak disengaja
suryaden 22 Oktober 2009 pukul 07.08 Hapus Komentar
ayo nesu, ben lek apdet...
Anonim 28 Oktober 2009 pukul 09.33 Hapus Komentar
nesu merupakan budaya apa lagi kalo dibarengi marah jadinya kayak gini... (coba diklik)
Umi Nazrah 28 Oktober 2009 pukul 16.26 Hapus Komentar
wah makin chantek tema nya. sudah lama tak datang ke sini :)
kapas 27 Desember 2009 pukul 23.56 Hapus Komentar
Mampir Gan. Tema blognya O.K punya, mau dunk. Lam kenal dari perawat Solo.
aayi_651 21 Maret 2010 pukul 19.29 Hapus Komentar
hahahaha...masa aku jadi pasiennya...lucu banget...!